Mana yang Lebih Sehat, Makan Nasi Panas atau Nasi Dingin?
Nasi adalah makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Nasi 100 gram mengandung energi sebesar 129 kkal, lemak 0.3 gram, protein 2.7 gram, dan karbohidrat 27.9 gram. Konsumsi nasi putih kerap kali jadi perbincangan mulai dari jumlah, cara memasak hingga penyajiannya. Konsumsi yang sesuai dengan kebutuhan dan penyajian yang sesuai bisa memenuhi asupan karbohidrat namun tidak meningkatkan risiko diabetes mellitus di kemudian hari.
Pertanyaan yang sering muncul, sebenarnya adakah perbedaan kandungan gizi pada nasi panas atau nasi dingin? Mana yang lebih baik untuk kesehatan? Nah, artikel Dapur Umami kali ini akan mengulas tentang nasi dingin dan nasi panas serta pengaruhnya terhadap kesehatan.
Mana yang Lebih Baik, Nasi Dingin atau Nasi Panas?
Indeks glikemik adalah skor atau nilai yang menunjukkan seberapa cepat makanan sumber karbohidrat dapat meningkatkan kadar gula darah setelah dikonsumsi oleh seseorang. Secara konsep, semakin tinggi indeks glikemik suatu makanan, semakin cepat gula darah naik setelah mengkonsumsi makanan tersebut. Sedangkan semakin rendah indeks glikemik suatu makanan, semakin lambat kenaikan gula darah tubuh ketika mengkonsumsi makanan tersebut. Hal ini berkaitan erat dengan pengaturan kadar gula darah dan metabolisme karbohidrat dalam tubuh. Pada pasien diabetes mellitus, penderita hiperglikemia dan gangguan fungsi pankreas hal ini sangat berpengaruh karena kadar gula darah yang terlalu tinggi dapat mengganggu kesehatan.
Saat membicarakan indeks glikemik nasi, perlu diingat bahwa indeks glikemik dapat bervariasi tergantung pada berbagai faktor, misalnya varietas beras, cara memasak, dan kondisi penyajian nasi seperti panas atau dingin. Nasi panas cenderung memiliki indeks glikemik yang lebih tinggi dibandingkan nasi dingin. Oleh karena itu, nasi panas lebih mudah meningkatkan kadar gula tubuh dibandingkan dengan nasi dingin. Sehingga nasi panas tidak direkomendasikan untuk penderita diabetes, namun bisa dikonsumsi oleh individu normal sesuai dengan kebutuhan. Penelitian Hu et al. (2017) menunjukkan memanaskan kembali nasi setelah penyimpanan dingin akan menurunkan beban glikemik makanan dan, dalam jangka panjang, dapat mengurangi risiko diabetes tipe 2.
Imbangi dengan Protein dan Serat
Konsumsi makanan yang seimbang bisa membantu menurunkan risiko penyakit di kemudian hari. Sesuai dengan anjuran Isi Piringku dari Kemenkes, konsumsi nasi putih adalah 2/3 dari ½ bagian piring. Sedangkan 1/3 dari ½ bagian lagi diisi dengan lauk pauk sebagai protein. Jangan lupa penuhi kebutuhan serat harian dengan mengkonsumsi buah dan sayur.
Nah, itu dia pembahasan seputar nasi dingin dan nasi panas yang perlu kamu ketahui. Baik nasi dingin maupun nasi panas sama-sama baik apabila dikonsumsi sesuai kebutuhan dan kondisi tubuh pada individu. Jangan lupa juga imbangi konsumsi nasi dengan protein dan serat pangan ya.
Reference
Effect of Cold Storage and Reheating of Parboiled Rice on Postprandial Glycaemic Response, Satiety, Palatability and Chewed Particle Size Distribution – Hu et al. (2017) – Nutrients.
(NTR-HF)